[ Daftar Komentar
] |
|
|
|
APA & SIAPA |
|
|
Sari Madjid Repotnya Pentas
Sari
DI pesta
akbar Olimpiade Athena 2004, Indonesia memang cuma mendulang satu
medali emas, satu perak, dan dua perunggu. Peringkat pun hanya di
urutan ke-43. Tapi bukan berarti Indonesia tidak lagi pantas
berbangga. Sebab, negeri ini masih dikenal lewat seni budaya yang
dikemas dalam acara bertajuk Culture Olympiade.
Parade
budaya yang berlangsung 25 Agustus sampai 11 September itu masih
menjadi bagian dari perhelatan Olimpiade. Kegiatan tersebut
mengambil tempat di lima kota --Nafplio, Argos, Lerna, Ancinet
Olympia, dan Kalamata. Rombongan Indonesia dipimpin kurator lukisan
Nirwan Arsuka, dan beberapa seniman lain, seperti pemain biola Luluk
Purwanto dan seniman panggung dari Teater Koma, Sari Madjid.
"Rangkep-rangkep nih kerjaan saya. Kalau dibutuhkan naik
panggung: baca puisi atau monolog," kata Sari, yang resminya manajer
panggung itu.
Meski banyak tugas, Sari sudah lumayan tenang.
Padahal, beberapa hari sebelumnya, wanita 42 tahun itu sempat panik.
Bayangkan, penari Bali yang disiapkannya tiba-tiba sakit. Adik Ratna
Riantiarno itu tentu kelabakan. Ia pontang-panting menghubungi
beberapa orang untuk mencari pengganti. Termasuk minta informasi
kepada koresponden Gatra di Jerman, Miranti Soetjipto.
Kebetulan di Jerman musim
liburan, jadi permintaan
Sari susah dipenuhi. Tapi keberuntungan Sari ada di Belanda. "Ada
pemilik sanggar tari Bali yang bersedia membantu kami," katanya
lega. Walhasil, pertunjukan keliling itu berjalan lancar.
[Apa & Siapa, Gatra Nomor 43,
beredar Jumat, 3 September 2004]
|
|