KETIKA bersama rombongan seniman
peserta Festival Ala Carte singgah di Kota Tegal pekan lalu,
Luluk Purwanto berpesan agar para pemusik jangan mau menjadi
musikus kelas dua. ''Caranya, ya terus memelihara
kreativitas,'' tuturnya.
Dia mengingatkan, bila memang berniat menekuni musik,
harus terus menjaga komitmen. Tuntutan profesi itu berlaku
di mana saja, termasuk Indonesia dan di negara suaminya,
Rene Van Helsdigen (pianis). Kendati kini lebih banyak
tinggal di negara kincir angin, dia menyempatkan diri untuk nguping
(mencuri dengar-Red)perkembangan musik di Tanah Air.
''Sebab, saya masih wong Jowo,'' kata wanita
kelahiran Yogyakarta, yang pada era 1980-an pernah
menghebohkan blantika musik Indonesia dengan menggesek biola
sambil bersepatu roda bersama grupnya, Pretty Sister, itu.
Kuantitas Pertunjukan
Dari hasil nguping itu, dia mendengar di Indonesia
sedang tumbuh grup-grup band seperti jamur di musim hujan.
Mereka dinilainya cukup kreatif. Namun, untuk mengasah
kepekaan dan ketajaman musikalitasnya, mereka perlu menambah
jam terbang dengan cara memperbanyak kuantitas pertunjukan.
Mengapa dia tertarik ikut rombongan festival ala carte?
Tak lain adalah agar mendapat modal kepekaan -sebagai usaha
menangkap apresiasi rakyat bawah- terhadap keberadaan musik.
Dia rela main di Kota Tegal, kendati saat itu sedang
sakit perut. Itu juga sebagai bukti komitmennya terhadap
musik. Sebab, menurut dia, kalau orang sudah menjauh dari
musik, maka orang itu akan kehilangan bagian penting dalam
kehidupan ini, yakni sisi kemanusiaan.
''Ya, orang itu akan menjadi BT,'' ujarnya. BT yang
dimaksud Luluk adalah akronim ungkapan Jawa, mbel gedhes
ketes-ketes.
Bermusik, kata Luluk, tidak harus mengikuti aliran yang
sudah mapan. Justru kalau pemusik mampu memunculkan ke
permukaan musik tradisional yang mengakar di rakyat, orang
itu harus terus- menerus mempertahankan eksistensinya. Ujian
memang banyak.
Misalnya jenis musiknya kurang diminati penonton, karena
memang tidak populis. Namun, kalau orang itu tetap konsisten,
di suatu waktu orang lain akan mengakuinya. (Nuryanto
Aji-63a)