back

main

 

 

logo SUARA MERDEKA
Line
Senin, 31 Mei 2004 BUDAYA
Line

Jangan Mau Jadi Musikus Kelas Dua

KETIKA bersama rombongan seniman peserta Festival Ala Carte singgah di Kota Tegal pekan lalu, Luluk Purwanto berpesan agar para pemusik jangan mau menjadi musikus kelas dua. ''Caranya, ya terus memelihara kreativitas,'' tuturnya.

Dia mengingatkan, bila memang berniat menekuni musik, harus terus menjaga komitmen. Tuntutan profesi itu berlaku di mana saja, termasuk Indonesia dan di negara suaminya, Rene Van Helsdigen (pianis). Kendati kini lebih banyak tinggal di negara kincir angin, dia menyempatkan diri untuk nguping (mencuri dengar-Red)perkembangan musik di Tanah Air.

''Sebab, saya masih wong Jowo,'' kata wanita kelahiran Yogyakarta, yang pada era 1980-an pernah menghebohkan blantika musik Indonesia dengan menggesek biola sambil bersepatu roda bersama grupnya, Pretty Sister, itu.

Kuantitas Pertunjukan

Dari hasil nguping itu, dia mendengar di Indonesia sedang tumbuh grup-grup band seperti jamur di musim hujan. Mereka dinilainya cukup kreatif. Namun, untuk mengasah kepekaan dan ketajaman musikalitasnya, mereka perlu menambah jam terbang dengan cara memperbanyak kuantitas pertunjukan.

Mengapa dia tertarik ikut rombongan festival ala carte? Tak lain adalah agar mendapat modal kepekaan -sebagai usaha menangkap apresiasi rakyat bawah- terhadap keberadaan musik.

Dia rela main di Kota Tegal, kendati saat itu sedang sakit perut. Itu juga sebagai bukti komitmennya terhadap musik. Sebab, menurut dia, kalau orang sudah menjauh dari musik, maka orang itu akan kehilangan bagian penting dalam kehidupan ini, yakni sisi kemanusiaan.

''Ya, orang itu akan menjadi BT,'' ujarnya. BT yang dimaksud Luluk adalah akronim ungkapan Jawa, mbel gedhes ketes-ketes.

Bermusik, kata Luluk, tidak harus mengikuti aliran yang sudah mapan. Justru kalau pemusik mampu memunculkan ke permukaan musik tradisional yang mengakar di rakyat, orang itu harus terus- menerus mempertahankan eksistensinya. Ujian memang banyak.

Misalnya jenis musiknya kurang diminati penonton, karena memang tidak populis. Namun, kalau orang itu tetap konsisten, di suatu waktu orang lain akan mengakuinya. (Nuryanto Aji-63a)


Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga
Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas
Budaya | Wacana | Ragam
Liputan Pemilu | Cybernews | Berita Kemarin

Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA