THE DAILY IF - JakArt's own Newspaper - Reporting about things that you wish would happen - A look into your own Future - Founder: Mpu Wyasa Aesop, C.E.O.: Isaac Newton/ Edisi I no. 1-4, Saka 1408, 361 solar 2.321 - Amanat Imaginasi Rakyat/ Bila anda terangsang untuk ikut berimajinasi, hubungi: Sekretariat Daily If di Jl. Lebak Bulus II no. 20a, Cilandak Barat,Jakarta Selatan 12430. Telp/fax +62-2175907687 Flexi: 70830742. email: proseni@indosat.net.id / website: http://www.jakart.info - IF DAILY - Albert Einstein: Chief Editor/ James Joice, George Perec: Editor/ Tan Malaka: Photographer/ Madonna: Promotion/ Radhar: Cleaning Service - Everything That U Wish/ The Imaginary Festival is a concept by Mikhail David

THE DAILY IF
article 09

   

Bravissimo!!!! Luar biasa!! Lagi Dooong!!!
(story contributed by Aisha Pletscher)

       
             
   

Begitu teriakan para anak muda yang memadati Pecenongan Bowl semalam. Suguhan dari The Berlin Philharmonic Orchestra telah memukau kurang lebih dua ribu penonton yang rela duduk lesehan menikmati untaian nada-nada musik dari orkestra pimpinan Herbert von Karajan itu.

Diawali dengan komposisi karya Collin Mc Phee yang berjudul “Tetabuhan” untuk orkestra dan duo piano, Karajan telah mampu membawa suasana Bali yang sakral seakan memohon doa untuk kelancaran pagelaran pada malam terang bulan itu. Permainan yang menghipnotis dari dua pianis terkemuka dunia, Martha Argerich dan Evgenny Kissin pun melengkapi suasana magis yang tercipta melalui tangan-tangan musisi-musisi ajaib tersebut. Kelincahan jemari Kissin dipadu dengan ketepatan ritmis Argerich dalam memainkan  irama sinkop khas Bali, menyatu dengan warna menyala dari orkestra yang diarahkan dengan jeli oleh Maestro Karajan.

Collin Mc Phee, Komponis dari Amerika Serikat ini, pernah bermukim di Pulau Dewata, Bali, di mana ia mendapat banyak inspirasi dari kehidupan rakyat sekitarnya untuk kemudian dituangkan dalam musik- musik gubahannya. Seandainya pak Mc Phee dapat hadir tadi malam, ia akan terpukau mendengarkan suatu pembukaan acara yang sungguh mencekam.

Belum habis kami terbawa musik nan indah, Trio Argerich - Kissin - Karajan melanjutkan perjalan musik semalam dengan menampilkan karya Francis Poulenc yaitu Concerto for Two Pianos and Orchestra. Poulenc yang berdarah Perancis, ternyata juga mendapatkan inspirasi dari Tanah Air kita, Indonesia, dalam musik yang ia ciptakan. Meskipun karakter sarkastik penuh humor yang menjadi ciri khas Poulenc terbersit menggelitik pendengarnya, namun pelog / slendro gamelan Indonesia kental mewarnai karya ini.

Menarik sekali untuk menyaksikan bagaimana ketiga musisi dunia ini berinteraksi di atas panggung. Mereka seakan tidak perlu untuk berkomunikasi, tidak saling melihat untuk dapat bermain secara bersamaan. Hanya sesekali saja pundak mereka bergerak, kepala mereka bergoyang dan senyuman menghiasi wajah mereka. Nampaknya ketiganya telah larut dalam musik yang tercipta sehingga melalui bahasa nurani inilah mereka berkomunikasi. Sungguh mengagumkan.

Pagelaran malam itu ditutup dengan sebuah lagu rakyat Indonesia, Ayam dan Lapeh yang telah diaransemen oleh Alm. DR. Jazeed Djamin untuk orkestra. Begitu hidup karya ini dimainkan dengan penuh warna dan gaya khas Jazeed. Para penonton secara spontan mulai berdiri dan berjoget mengikuti irama yang dilantunkan oleh The Berlin Philharmonic ini. Suatu pemandangan yang tidak pernah kita saksikan dalam pagelaran musik klasik, namun justru menggembirakan. Pada awalnya hanya beberapa kelompok yang berdiri, tetapi kemudian lautan dua ribu manusia bangun dari duduknya dan berjoget. Ck…ck…ck…. Hebat sekali!

Ternyata,

Indonesia merupakan sumber inspirasi dari para artis dunia.

Ternyata,

kekayaan Budaya Indonesia tidak kalah dengan Minyak, Tambang dan hasil bumi lainnya.

Ternyata,

Budaya kita yang beragam dapat mempersatukan dunia!

Bangga sekali rasanya menjadi orang Indonesia.

Suasana gembira tadi malam, Jumat 13 Juli 2008, memang lain dari yang lain. Setelah acara usai, kami dikejutkan lagi dengan turunnya para artis dari atas panggung untuk bergabung dengan para penonton. Ternyata mereka pun tergiur dengan bau makanan yang ada di sekitar tempat kami lesehan. Masih mengenakan kostum konser mereka yang bernuansa ungu tua, para musisi tidak ragu berbaur dengan para penonton untuk berdiskusi dan menikmati santapan khas Pecenongan. Sungguh suatu pengalaman yang tidak terlupakan.

#Srikandi88#