Oleh Peren Lamanepa
Larantuka, NTT Online -
JakArt sebuah kelompok seni yang
terdiri dari Mikhail David
(visual art) serta 2 musisi
klasik, Ary Sutedja (pianis) dan
Asep
Hidayat (cellis),
Selasa (25/3) malam tampil di
gedung wanita Ina Mandiri
Larantuka mengawali ASAH
Indonesia Tour II, yang menurut
rencana akan mengunjungi 25 kota
di Indonesia. Mereka tampil
membawakan beberapa komposisi
lama, diantaranya karya komponis
besar Ludwig van Beethoven serta
2 komposisi Indonesia, yaitu
Gita Malam karya Badjuri dan
Djauhari serta Wanita karya
komponis Ismail Marzuki.
Penampilan JakArt ini memberi
nuansa tersendiri bagi warga
Larantuka yang belum terbiasa
mendengar musik klasik.
Penampilan Ary pada piano dan
Asep pada cello yang
berkolaborasi dengan Mikhail
David bersama kedua anaknya
melalui pertunjukan visual art
di kanvas putih berukuran besar
yang menjadi latar belakang
panggung pertunjukan, membuat
penonton benar-benar menyaksikan
sebuah ekspresi yang bebas.
“Sangat luar biasa, karena
disaat konsentrasi saya sedang
diarahkan untuk mendengarkan
musik yang dimainkan Ary dan
Asep, saat yang bersamaan mata
dan pikiran saya juga diarahkan
untuk menikmati pertunjukan
visual yang ditampilkan Mikhail
David dan 2 asistennya tadi,”
kata Romo Eman Temaluru.
Sementara Hieronimus Miten
Bao mengaku dibuat gila oleh
penampilan para seniman musik
dan seniman visual ini. “Darah
saya sepertinya ikut mengalir
bersama permainan musik dan
pertunjukan seni visual malam
ini. Ini memang gila, dan
membuat saya seperti gila,
karena memang tidak terbiasa
menyaksikan konser seperti ini,”
katanya.
Selain musik klasik, kelompok
JakArt juga menampilkan satu
nomor musik jazz standar yang
dimainkan musisi asal negeri
Belanda kelahiran Jakarta 25
Februari 1957, Rene van
Helsdingen.
Ary Sutedja usai pertunjukan
mengatakan, konser di Larantuka
ini adalah awal dari rencana
tour mereka di 25 kota di
Indonesia. Setelah Larantuka,
Rabu malam ini ASAH Indonesia
akan tampil di Seminari Tinggi
Ledalero, selanjutnya di
Universitas Flores – Ende, lalu
ke Semanari Mataloko – Ngada.
Mereka juga akan tampil di aula
serbaguna Gereja Pola – Kalabahi,
Universitas Nusa Cendana –
Kupang. Rencana tour mereka di
NTT akan berakhir di Waikabubak
pada 8 April nanti, untuk
selanjutnya ke NTB, Sumatra
Barat, Ambon, Papua serta
Ternate.
Kota-kota lain yang akan
disinggahi dalam lawatan mereka
tahun ini adalah Mataram, Bima,
Bali, Medak, Pekanbaru, Jambi,
Solo, Gorontalo, Manado,
Makassar, Palangkaraya,
Pontianak, Bandung, Semarang,
Surabaya dan akan berakhir di
Yogyakarta.
Pater Emanuel Wero,SVD yang
berupaya menghadirkan kelompok
seni ini di Larantuka
menyebutkan bahwa, pada tahun
2007 lalu kelompok ini juga
pernah tampil di Flores. “Tapi
waktu itu mereka hanya tampil di
(Seminari Tinggi) Ledalero,”
kata Pater Eman Wero.
Kelompok JakArt terlah
memulai serangkaian konsernya di
20 kota di Indonesia selama 2006
– 2007 lalu, dalam rangka
memperkenalkan jenis musik
klasik kepada masyarakat luas.
Disisi lain, konser keliling
yang mereka lakukan ini juga
bertujuan untuk menggugah nalar
kritis penonton dalam dialog
serta happening arts, dimana
Mikhael melukiskan atmosfer yang
terjadi selama konser
berlangsung, secara spontan di
atas kanvas.
Konser ini sendiri selain
sebagai tampilan perdana JakArt
untuk rangkaian ASAH Indonesia
Tour II, juga merupakan
penampilan seniman bertaraf
internasional pertama kali di
Larantuka. Sayangnya,
pertunjukan itu sendiri kurang
mendapat perhatian penonton.
Apakah ini membenarkan anggapan
bahwa musik klasik hanya bisa
dinikmati oleh kalangan elite
dan diselenggarakan di kota-kota
besar saja? JakArt mampu
menjawab tantangan ini.